JAKARTA – Tanda-tanda yang mengawali terjadinya kiamat tidak saja bersifat alamiah. Tetapi ada juga yang tampak secara sosial di kalangan masyarakat manusia.
Jika tanda-tanda alam semesta berupa fenomena kerusakan bumi dan langit, yang bersifat sosial berbentuk peristiwa yang muncul di tengah masyarakat. Terkait ini, Sayyid Sabiq menyampaikan bahwa tanda-tanda datangnya kiamat terbagi dua, yaitu tanda-tanda yang kecil (al-‘alamah as-sugra) dan tanda-tanda yang besar (al-‘alamah al-kubra).
Di antara tanda-tanda yang kecil (al-‘alamah as-sugra) adalah diutusnya Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul terakhir. Nabi Muhammad SAW mendapat amanat meluruskan akidah manusia yang menyimpang untuk kembali ke ajaran tauhid.
Risalah Nabi Muhammad SAW berlaku untuk semua umat sampai akhir zaman. Dengan demikian, setelah Nabi Muhammad SAW tidak ada Rasul lagi. Kenabian berakhir dengan wafatnya Nabi Muhammad SAW. Sesudahnya, yang akan tiba adalah hari akhir yakni kiamat. Rasulullah SAW berpesan:
بُعِثْتُ أَنَا وَالسَّاعَةَ كَهَاتَيْنِ
“Aku diutus (oleh Allah) dan jaraknya dengan kiamat itu bagai dua jari ini. (Beliau bersabda demikian sambil menunjukkan jari telunjuk dan jari tengahnya).” (Riwayat Imam al-Bukhari dan Muslim dari Anas)
Pesan ini menjelaskan bahwa kurun waktu antara Nabi Muhammad SAW dengan tibanya hari akhir itu sedemikian dekat. Nabi Muhammad SAW adalah Nabi terakhir. Karenanya, antara dua peristiwa ini tidak ada lagi kejadian yang dianggap penting dalam kehidupan manusia.
Jarak antara keduanya sudah dekat, sedekat jarak antara jari telunjuk dan jari tengah. Namun demikian, tidak dijelaskan secara pasti kapan kiamat tiba, dan selang berapa lama setelah kenabiannya.
Dilansir dari buku Tafsir Ilmi: Kiamat Dalam Perspektif Alquran dan Sains yang disusun Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), 2011.
Dijelaskan bahwa ada riwayat yang mengisahkan pada suatu hari Malaikat Jibril bertanya kepada Rasulullah SAW tentang kapan kiamat akan terjadi.
مَتَى السَّاعَةُ قَالَ مَا الْمَسْئُولُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنْ السَّائِلِ وَسَأُخْبِرُكَ عَنْ أَشْرَاطِهَا إِذَا وَلَدَتْ الْأَمَةُ رَبَّهَا وَإِذَا تَطَاوَلَ رُعَاةُ الْإِبِلِ الْبُهْمُ فِي الْبُنْيَانِ فِي خَمْسٍ لَا يَعْلَمُهُنَّ إِلَّا اللَّهُ ثُمَّ تَلَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ { إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ }
Nabi Muhammad SAW menjawab, “Orang yang ditanya (tentang waktu terjadinya kiamat) tidak lebih tahu daripada penanya.”
Malaikat Jibril berkata, “(Kalau begitu), beritahulah aku tentang tanda-tandanya.”
Nabi SAW menjawab, “Yang ditanya tentang itu tidak lebih tahu dari yang bertanya. Tapi aku akan terangkan tanda-tandanya, (yaitu) jika seorang budak telah melahirkan tuannya, jika para penggembala kambing yang berkulit hitam berlomba-lomba membangun gedung-gedung selama lima masa, yang tidak diketahui lamanya kecuali oleh Allah.”
Kemudian Nabi SAW membaca, “Sesungguhnya hanya pada Allah pengetahuan tentang hari kiamat.” (QS Luqman Ayat 34). (HR Imam Bukhari)
Hadits serupa diriwayatkan..
Halaman 2 / 3
Hadits serupa diriwayatkan Imam Ibnu Majah, dalam sebuah riwayat panjang tentang Jibril yang mengajarkan Islam, iman, dan ihsan, seperti yang disebutkan sebagai berikut ini:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ ـ صلى الله عليه وسلم ـ يَوْمًا بَارِزًا لِلنَّاسِ … فَأَتَاهُ رَجُلٌ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَتَى السَّاعَةُ قَالَ ” مَا الْمَسْئُولُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ وَلَكِنْ سَأُحَدِّثُكَ عَنْ أَشْرَاطِهَا إِذَا وَلَدَتِ الأَمَةُ رَبَّتَهَا فَذَلِكَ مِنْ أَشْرَاطِهَا وَإِذَا تَطَاوَلَ رِعَاءُ الْغَنَمِ فِي الْبُنْيَانِ فَذَلِكَ مِنْ أَشْرَاطِهَا فِي خَمْسٍ لاَ يَعْلَمُهُنَّ إِلاَّ اللَّهُ ” . فَتَلاَ رَسُولُ اللَّهِ ـ صلى الله عليه وسلم ـ {إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الأَرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَىِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ} .
Abu Hurairah berkata bahwa suatu hari Rasulullah SAW pernah muncul di hadapan orang-orang, lalu datanglah seorang laki-laki kepada beliau seraya bertanya, “Wahai Rasulullah, kapankah akan terjadi hari Kiamat?”
Nabi SAW menjawab, “Tidaklah yang ditanya itu lebih mengetahui daripada yang bertanya, namun akan aku beritahukan kepadamu tanda-tandanya, yaitu jika seorang budak melahirkan tuannya maka itulah tandanya. Apabila orang-orang yang tak beralas kaki menjadi pemimpin manusia maka itulah tandanya. Jika para penggembala kambing berlomba-lomba meninggikan bangunan rumah maka itulah tandanya.”
Kemudian Rasulullah SAW membaca ayat, “Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari Kiamat dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim…” (QS Luqman Ayat 34). (HR Ibnu Majah)
Pakar hadis, KH Ahmad Ubaidi Hasbillah menyampaikan makna simbolis hadits tersebut yang dikenal sebagai hadits Jibril. Ia mengatakan, secara utuh, hadits Jibril ini bicara tentang rukun agama, yaitu iman, Islam, ihsan, dan memahami realitas (idrakul waqi’). Hadist tersebut adalah salah satu hadits yang mengindikasikan tanda-tanda hari kiamat.
Kiai Ubaidi Hasbillah menjelaskan, ada beberapa tanda kiamat yang disebutkan dalam hadits Jibril.
1. Seorang Budak Melahirkan Tuannya
Secara literal, ini berarti bahwa seorang budak perempuan akan melahirkan anak yang kemudian menjadi tuannya. Ini bisa terjadi ketika seorang budak menikah dengan tuannya dan melahirkan anak yang memiliki status sosial lebih tinggi daripada ibunya.
Namun, secara simbolis, ulama juga menafsirkannya dengan fenomena pembalikan nilai-nilai sosial dan moral dalam masyarakat.
Makna seorang budak melahirkan tuannya adalah anak-anak tidak lagi menghormati orang tua mereka, dan hubungan kekeluargaan menjadi terbalik, di mana anak-anak memperlakukan orang tua mereka seperti budak. Ini simbol kiamat moral, yang kalau dibiarkan akan berdampak pada kiamat yang lebih besar lagi.
2. Orang-orang yang Tidak Beralas Kaki Menjadi Pemimpin ManusiaSecara literal, ini menggambarkan orang-orang miskin atau yang memiliki status sosial rendah tiba-tiba menjadi pemimpin.
Namun secara simbolis, menunjukan perubahan besar dalam struktur sosial, di mana mereka yang sebelumnya tidak memiliki kekuasaan atau status tinggi tiba-tiba memiliki otoritas besar. Ini bisa merujuk pada ketidakseimbangan atau kerusakan dalam tatanan sosial. Kiamat sosial jika dibiarkan akan berdampak pada kiamat yang lebih besar lagi.
Hikmah yang bisa dipetik adalah pentingnya pemimpin yang berintegritas dan kompeten, serta menjaga stabilitas sosial dan keadilan dalam masyarakat.
3. Para Penggembala Kambing Berlomba-lomba Meninggikan Bangunan Rumah
Secara literal, menggambarkan orang-orang yang dulu hidup sederhana sebagai penggembala tiba-tiba memiliki kekayaan besar dan berlomba-lomba dalam kemewahan.
Secara simbolis, menunjukkan perubahan dalam nilai-nilai masyarakat, di mana kemewahan dan materi menjadi tujuan utama hidup, dan orang berlomba-lomba dalam hal duniawi.
Ini kiamat spiritualitas yang kalau dibiarkan juga berdampak pada kiamat yang lebih besar lagi.
Pelajarannya, ini mengingatkan pentingnya kesederhanaan dan tidak berlebihan dalam mengejar kekayaan duniawi. Fokus pada nilai-nilai spiritual dan akhlak.
Kiai Ubaidi Hasbillah menjelaskan, hadits Jibril ini juga mengingatkan bahwa ilmu tentang waktu pasti terjadinya kiamat adalah hak prerogatif Allah SWT. Oleh karena itu, Muslim harus senantiasa berusaha menjadi hamba yang taat dan berakhlak mulia, serta mempersiapkan diri untuk kehidupan setelah mati.
“Bukan mencari-cari tahu waktu terjadinya (kiamat), tetapi meningkatkan kewaspadaan dengan mempersiapkan diri menghadapinya serta mencegah kiamat-kiamat kecil yang menjadi pendahuluan bagi kiamat besar itu,” ujar Kiai Ubaidi Hasbillah.