Tuntunan Al-Qur’an dan As-Sunnah dalam Menyambut Ramadan

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ (Al-Baqarah : 183)
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.

Ayat ini menerangkan bahwa puasa merupakan sebab terbesar untuk memperoleh ketakwaan. Puasa merupakan tameng bagi seseorang dari perbuatan maksiat, karena ia dapat melemahkan syahwat yang menjadi sumber maksiat. (1)

ما من عبد يصوم يوما في سبيل الله إلا باعد الله بذالك وجهه عن النار سبعين خريفا

Tidaklah seorang hamba yang berpuasa di jalan Allah kecuali akan Allah jauhkan dia (karena puasanya) dari neraka sejauh tujuh puluh musim” (HR Bukhari dan Muslim). (2)

Manusia secara fitrah, ingin beribadah kepada Allah ﷻ. Namun, janji iblis yang ingin mengganggu manusia, agar mereka bisa diajak serta mendiami neraka, membuat manusia digoda dan dituntun untuk masuk neraka. Jika ada sebuah perbuatan yang akan membantu manusia untuk terhindar dari godaan iblis, yang membantunya untuk menghindari perbuatan maksiat, maka tentu perbuatan ini akan ditunggu-tunggu. Allah dan Rasul-Nya dalam ayat serta hadits di atas menunjukkan bahwa perbuatan itu adalah Puasa. Maka puasa adalah aktivitas yang akan dikejar. Karena Allah ﷻ menjanjikan, jika puasa adalah tameng dari perbuatan maksiat, dan menjauhkan diri dari maksiat akan dijauhkan dari neraka.

Agar orang-orang beriman mau mengejar puasa, di samping membayangkan realitas puasa sebagai tameng, ada juga tuntunan yang Allah ﷻ berikan. Salah satunya Rasulullah ﷺ pernah mengingatkan:

ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ

Bulan Sya’ban, bulan antara Rajab dan Ramadan, adalah bulan saat manusia lalai. Sya’ban adalah bulan yang di dalamnya dinaikkan berbagai amal manusia kepada Tuhan alam semesta. Oleh karena itu, aku amat suka, ketika amalku dinaikkan (kepada Allah), aku dalam keadaan berpuasa (HR An-Nasa’i)

Hadits ini menunjukkan bahwa Sya’ban memiliki keistimewaan tersendiri. Kaum muslim diminta oleh Rasulullaah ﷺ untuk memanfaatkan Bulan Sya’ban. Oleh karena itu, hendaknya kita memperbanyak amal-amal salih seperti salat-salat sunnah, saum-saum sunnah, bersedekah, berzikir, membaca Al-Qur’an, berdakwah, melakukan amar makruf nahi mungkar dan ragam bentuk amal-amal salih yang lain. Tentu agar ketika amal-amal kita disampaikan kepada Allah ﷻ kita berada dalam keadaan terbaik.

Pada Bulan Sya’ban Rasulullah ﷺ juga memberikan teladan kepada kita dengan memperbanyak saum sunnah di dalamnya. Demikian sebagaimana dituturkan oleh Aisyah ra., “Aku tidak pernah melihat Rasulullah berpuasa satu bulan penuh kecuali pada Bulan Ramadhan. Aku pun tidak pernah melihat beliau berpuasa lebih banyak dalam satu bulan dibandingkan dengan pada Bulan Sya’ban.” (HR al-Bukhari dan Muslim)

Bulan Sya’ban adalah kesempatan terbaik untuk memperbanyak istighfar dan tobat. Rasulullah ﷺ bersabda, “Wahai manusia, bertobatlah kepada Allah dan mohonlah ampunan-Nya. Sungguh aku pun biasa bertobat kepada Allah dalam sehari sebanyak seratus kali. (HR Muslim)

Tobat yang benar (tawbat[an] nashûhâ]) menuntut pelakunya untuk berhenti total dari ragam dosa dan maksiat. Ia harus menjauhkan diri dari segala bentuk dosa, baik dosa besar maupun dosa kecil. Di antaranya adalah dosa menzalimi orang lain walau hanya menyerobot sejengkal tanahnya. Dalam hal ini Rasulullah ﷺ telah mewanti-wanti kita:

مَنْ ظَلَمَ قِيدَ شِبْرٍ مِنَ الأَرْضِ طُوِّقَهُ مِنْ سَبْعِ أَرَضِينَ

Siapa saja yang berbuat zalim meski hanya menyerobot sejengkal tanah (milik orang lain), niscaya akan ditimpakan kepada dirinya tujuh lapis bumi (pada Hari Kiamat) (HR Al-Bukhari)

Semoga saat Ramadan nanti, orang yang berpuasa, apakah dia rakyat atau pemimpin, memanfaatkan puasanya sebagai tameng dari berbuat maksiat. Para pemimpin dengan puasanya, semoga menyadari amanah dan tanggung jawab mereka di hadapan Allah ﷻ pada hari akhir nanti. Semoga dengan puasanya akan ingat dengan sabda Rasulullah ﷺ:

مَا مِنْ عَبْدٍ يَسْتَرْعِيهِ اللهُ رَعِيَّةً يَمُوْتُ يَوْمَ يَمُوْتُ وَهُوَ غَاشٌ لِرَعِيَّتِهِ إِلاَ حَرَّمَ اللهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ

Tidaklah seorang hamba (pemimpin) yang telah Allah amanahi untuk mengurusi urusan rakyatnya, lalu dia mati dalam keadaan menzalimi rakyatnya, kecuali Allah mengharamkan surga bagi dirinya (HR Ibnu Hibban)

Semoga di sisa Bulan Sya’ban ini, Allah ﷻ memberikan kekuatan kepada kita untuk mempersiapkan diri kita menyambut tameng yang akan hadir dalam waktu yang dekat. Semoga kita semua diberikan barakah di bulan ini, dan Allah menyampaikan kita kepada bulan Ramadan yang penuh dengan rahmat.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *