Saat ini melihat harga beras yang terus meroket menjadi momok menakutkan bagi rakyat kecil. Karena beras adalah makanan pokok mayoritas masyarakat Indonesia, sehingga ketika harganya naik, maka otomatis beban hidup rakyat juga melonjak. Pemerintah pun mencoba meredam keresahan ini dengan program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP).
Namun sayangnya, program ini tidak membawa hasil yang berarti. Alih-alih harga turun, yang terjadi justru stok beras menumpuk di gudang Bulog, kualitas beras menurun, namun rakyat tetap dipaksa membeli dengan harga tinggi. Pertanyaannya, sampai kapan rakyat harus terus diberi solusi tambal sulam yang tidak menyentuh akar persoalan?
SPHP: Sekadar Tambal Sulam
Sekarang mari kita lihat dari kacamata kejujuran. Program SPHP sejatinya tidak pernah benar-benar mampu menstabilkan harga. Mengapa? Karena masalah utamanya bukan sekadar soal distribusi, tapi soal sistem. sistem kapitalis yang berlaku sekarang ini.
Selama ini, Indonesia masih sangat bergantung pada impor beras. Ketika produksi dalam negeri rendah maka impor menjadi solusi instan, dan ini berimbas pada cadangan devisa terkuras, petani lokal tidak terlindungi, tetapi harga beras tetap tinggi. Sementara itu, Bulog terjebak dalam sistem birokrasi yang rumit dan tidak efisien. Hanya menguntungkan beberapa pihak yang berkepentingan saja.
Dan jika masalah mendasar ini tidak diatasi, SPHP hanya akan jadi proyek rutin yang menghabiskan anggaran tanpa memberikan dampak nyata pada masyarakat. Masyarakat pun merasa terus diberi janji manis yang tak pernah terbukti alias PHP (pemberi harapan palsu).
Mengapa Sistem Sekarang Gagal?
Diantara kegagalan kegagalan yang timbul dari sistem demokrasi kapitalis adalah kegagalan menjaga stabilitas harga pangan, termasuk beras, yang secara sadar harus kita akui bahwa sebenarnya ini adalah buah dari sistem ekonomi kapitalis yang diterapkan saat ini. Sistem ini hanya memandang pangan sebagai komoditas bisnis, bukan kebutuhan pokok rakyat. Akibatnya, kebijakan yang lahir lebih berpihak pada kepentingan pasar, bukan pada kesejahteraan masyarakat.
Dalam sistem kapitalisme, negara cenderung berperan sebagai regulator yang melayani kepentingan korporasi besar. Rakyat hanya menjadi konsumen yang harus menerima harga pasar, seberapapun tingginya. Inilah yang membuat kebijakan SPHP dan sejenisnya tidak pernah benar-benar menyentuh kepada akar masalah.
Islam Menawarkan Jalan Keluar
Berbeda dengan kapitalisme, sistem Islam memiliki solusi yang menyeluruh dan nyata. Karena dalam pandangan Islam, negara dengan kepemimpinan seorang khalifah wajib memastikan kebutuhan pokok rakyat, termasuk pangan, tersedia dengan harga terjangkau.
Islam memandang pangan bukan sekadar komoditas, tetapi hak dasar setiap warga negara. Karena itu, negara tidak boleh membiarkan rakyat kelaparan atau bergantung pada mekanisme pasar bebas. Negara harus hadir langsung mengelola sektor pangan, dari hulu hingga ke hilir.
Beberapa prinsip penting dalam sistem Islam:
1. Pengelolaan Pertanian
Negara memberikan kemudahan bagi rakyat untuk mengolah lahan pertanian. Lahan yang terbengkalai bisa diberikan kepada yang mampu menggarapnya. Dengan begitu, produktivitas pertanian meningkat tanpa bergantung pada impor.
2. Distribusi yang Adil
Negara bertanggung jawab mendistribusikan hasil panen dengan adil. Tidak boleh ada penimbunan atau permainan harga oleh segelintir pihak
3. Cadangan Pangan Negara
Negara menyimpan cadangan pangan strategis yang bisa dilepas ke pasar ketika harga bergejolak. Cadangan ini bukan sekadar formalitas, melainkan benar-benar dikelola untuk melindungi rakyat.
4. Larangan Komersialisasi Kebutuhan Pokok
Islam melarang monopoli dan permainan harga. Pangan tidak boleh dijadikan alat bisnis segelintir orang, apalagi yang merugikan rakyat banyak.
Bukti Sejarah
Sejarah mencatat bagaimana sistem Islam (Khilafah) mampu menjamin kebutuhan pangan seluruh rakyatnya. Kita flashback lagi Pada masa Khalifah Umar bin Khattab, pernah terjadi krisis pangan yang sangat berat. Apa yang dilakukan negara? Khalifah langsung mengatur distribusi pangan, membuka cadangan strategis, bahkan turun langsung memastikan rakyatnya tidak kelaparan. Hasilnya, krisis bisa diatasi tanpa ada rakyat yang terabaikan.
Inilah bukti nyata bagaimana Islam tidak hanya berbicara dalam tataran konsep, tetapi terbukti berhasil dalam praktik.
Rakyat Butuh Kepastian, Bukan Janji
Sudah saatnya kita sadar bahwa masalah beras mahal dan ketidakstabilan harga pangan tidak akan pernah selesai jika kita terus bertahan dengan sistem kapitalis. Selama pangan masih dipandang sebagai komoditas bisnis, rakyat akan terus menjadi korban.
Rakyat butuh kepastian, bukan janji. Dan kepastian itu hanya ada dalam sistem Islam kaffah, yang menjadikan negara benar-benar bertanggung jawab atas kebutuhan rakyatnya.
Bukan lagi saatnya berharap pada solusi semu seperti SPHP yang hanya PHP. Saatnya menoleh pada Islam sebagai sistem kehidupan yang paripurna. Hanya dengan penerapan Islam secara menyeluruh, rakyat bisa merasakan jaminan kesejahteraan yang nyata, termasuk dalam urusan pangan.
Kewajiban pemimpin menjamin kebutuhan pokok rakyat. Allah berfirman: “…Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah…” (QS. At-Taubah [9]: 71)
Mari bersama-sama menyadari bahwa solusi hakiki bukan pada tambal sulam kebijakan, tetapi pada perubahan sistem. Dan Islam adalah jawaban tepat dan tak akan pernah meleset. Wallohua’lam bissowaab.