Aksi demontrasi yang digelar oleh Aliansi Balikpapan Bergerak di depan gedung DPRD kota Balikpapan pada senin, 1 September 2025 mendapatkan dukungan luas. tidak hanya mahasiswa yang turun ke jalan tetapi juga berbagai elemen masyarakat ikut andil dalam aksi demontrasi tersebut. Seorang ibu rumah tangga yang bernama Wa Ma’ani dengan menggunakan kerudung merah muda nya dengan lantang menyuarakan aspirasinya di atas mobil pick up. Dalam aksi tersebut WA Ma’ani juga terlihat membawa poster yang ia buat sendiri dan dihiasi gambar tengkorak bajak laut dan bertuliskan “Penguasa Merdeka Rakyat Menderita”
“Ini saya buat sendiri sejak peringatan HUT RI Kemerdekaan ke 80 kemarin,” ujarnya saat diwawancara usai berorasi di depan Kantor DPRD Balikpapan. Dalam orasinya, Wa Ma’ani menyampaikan keluh kesah nya karena 6 anaknya mengalami kesulitan saat ingin melanjutkan jenjang pendidikannya. ia merasa di persulit saat mendaftarkan anak anaknya ke jenjang SMP. dengan tegas dan perasaan kecewa Wa Ma’ani mengatakan bahwa di kota minyak ini pendidikan hanya di utamakan bagi siswa yang berprestasi. “Sekarang di Balikpapan kalau mau sekolah harus punya nilai terbaik. Kalau tidak, seolah-olah tidak punya kesempatan. Itu kan yang saya pahami dari aturan mereka,” ujarnya sembari berteriak dari atas pick up.
Ia pun berharap setelah mengikuti aksi demontrasi ini dan menyuarakan keluh kesah nya di depan gedung DPRD dengan ribuan demonstran lainnya ini dapat di dengar dan diberikan solusi oleh pemerintah ataupun anggota dewan. karena menurut Wa Ma’ani semua masyarakat Indonesia berhak mendapatkan pendidikan, bukan hanya yang berprestasi saja. Pendidikan kan seharusnya hak semua anak, bukan hanya milik anak yang berprestasi saja. Kami ini warga Indonesia juga,” pungkasnya.
KESENJANGAN PENDIDIKAN
Pendidikan yang seharusnya menjadi hak setiap anak dan semestinya dapat di akses secara merata tanpa hambatan. Namun, kenyataan kesenjangan pendidikan di negri ini semakin nyata. di satu sisi ada sekolah sekolah favorit dengan dengan fasilitas modern, tenaga pengajar profesional, akses teknologi yang memadai. Namun, di sisi lain terdapat sekolah di pelosok pedalaman dengan fasilitas yang sangat tidak layak, ruang kelas tanpa meja, buku pelajaran seadanya, tenaga pendidik yang sangat kurang sehingga tidak maksimal dalam mengajar, akses ke sekolah juga kadang sangat sulit di tempuh. Kesenjangan pendidikan yang sangat terlihat sekali di negri kita saat ini, dan ini menjadi bukti bahwa lagi dan lagi negara gagal dalam menjamin pemenuhan hak dan kebutuhan pendidikan setiap anak bangsa.
Kesenjangan ini juga nampak sekali saat beberapa kebijakan di terapkan, seperti sistem zonasi dengan alibi sebagai bentuk pemerataan pendidikan. Namun faktanya, kebijakan ini malah menimbulkan masalah baru dimana anak anak dibatasi dalam memilih sekolah tersebut karena adanya sistem zonasi, selain itu juga kebijakan jalur prestasi yang mengakibatkan juga “kelas sosial” baru dalam dunia pendidikan. Sekolah sekolah favorit akan penuh dengan siswa berprestasi sedangkan sekolah lain menjadi tempat pelarian bagi yang tidak diterima, sehingga perbedaan kualitas pendidikan semakin terlihat, sekolah favorit dengan siswa berprestasi nya dan sekolah lain kekurangan murid dan fasilitas.
Kebijakan dzolim ini juga berdampak bagi siswa dan orang tua nya. Tak banyak orang tua siswa yang mengeluh akibat ribernya administrasi sekolah, belum lagi biasa sekolah juga yang semakin melejit, mulai dari biaya pendaftaran,seragaman hingga buku paket yang harganya tidak murah. sehingga tak jarang banyak anak anak yang memutuskan berhenti sekolah karena orang tua yang tidak mampu menanggung biaya sekolah karena ekonomi keluarga yang pas pas an sehingga pendidikan di anggap sebagai beban tambahan yang sulit di tanggung.
Disisi lain, siswa yang memutuskan berhenti sekolah akhirnya terjun ke lapangan untuk membantu keuangan keluarga nya, tak jarang mereka bekerja serabutan, menjadi buruh, berdagang kecil2 an, bahkan banyak anak anak yang menjadi badut atau pengamen di jalan. Maka wajar aksi demonstran kerap terjadi karena penuh nya beban yang di tanggung masyarakat, semua permasalahan kompleks terjadi di negri ini. keluh kesah yang telah mereka suarakan saat aksi demonstrasi memiliki harapan yang besar agar didengar dan di berikan solusi oleh pemerintah.
Jika ditelusuri lebih dalam, akar dari permasalahan ini adalah cara pandang negara terhadap rakyat nya dimana negara tidak lagi menempatkan dirinya sebagai pengurus (Ro’in) yang bertanggung jawab penuh terhadap pendidikan rakyatnya. negara hanya sebatas regulator yang membuat peraturan. Cara pandang inilah, sekuler kapitalisme yang menjadi sebab utamanya dimana kebijakan yang orientasi nya bukan pada pelayanan dan kesejahteraan rakyat melainkan kepada kepentingan politik dan ekonomi.
Sekuler kapitalisme inilah yang menjadi pondasi utama dalam setiap kebijakan yang pemerintah keluarkan. selama yang menjadi pondasi adalah sistem sekuler kapitalisme maka pendidikan akan tetap menjadi barang mewah yang sulit dijangkau untuk seluruh kalangan dan anak anak bangsa akan menjadi korban dari kebijakan kebijakan sistem sekuler kapitalisme yang sama sekali tidak menguntungkan kita.
PENDIDIKAN ISLAM
Dalam islam pendidikan adalah tanggung jawab penuh negara. dimana negara mempunyai tujuan mulia dalam menyelenggarakan pendidikan, yakni untuk membangun generasi berkepribadian islam, paham tsaqafah Islam, serta menguasai saintek.
Negara dalam sistem Islam (Khilafah) menyediakan layanan pendidikan gratis juga berkualitas karena negara menyadari bahwa penyelenggaraan pendidikan adalah tanggung jawabnya. Dalilnya adalah Sunah dan ijma’ sahabat. Rasulullah Saw membebaskan sebagian tawanan Perang Badar yang tidak sanggup menebus pembebasannya, agar mengajari baca tulis kepada anak-anak Madinah sebagai ganti tebusannya. Ini menunjukkan bahwa negara hadir untuk memastikan bahwa tidak akan ada anak anak yang tidak bersekolah, karena pendidikan adalah kebutuhan dasar setiap masyarakat.
Sistem pendidikan Islam terbukti pernah melahirkan generasi emas sepanjang sejarah peradaban dunia seperti cendikiawanl Al Khawarizmi, seorang ahli matematika. Seorang ahli kimia, Jabir Ibnu Hayyan atau bapak kedokteran dunia, Ibnu Sina atau dikenal Avicenna, Ibnu Rusyd, Al-Farabi, dan lainnya menjadi bukti bahwa pendidikan dalam islam tidak memiliki kesenjangan, semua berhak mendapatkan nya.
Selain itu Islam sangat memperhatikan kesejahteraan guru. Syekh Taqiyuddin an-Nabhani di dalam kitab Nizham al-Iqtishadi fi al-Islam bahkan menyebutkan gaji guru adalah salah satu anggaran yang diprioritaskan oleh negara karena pekerjaan seorang guru yang sangat mulia dan dihargai dalam negara islam. Dalam pendidikan islam juga tidak ada kebijakan zonasi ataupun prestasi, semua sama rata dan berhak mendapatkan pendidikan yang sama dan layak hingga berakhirnya tingkat tsanawiy (menengah) dan memberikan kelonggaran pendidikan tingkat perguruan tinggi secara gratis bagi setiap individu rakyatnya. Rasulullah saw. bersabda, “Mencari ilmu itu wajib atas setiap muslim laki-laki dan perempuan.” Tidak ada kesenjangan pendidikan atau mahalnya biaya pendidikan sehingga anak anak yang ada dalam negara daulah islam hanya fokus belajar tanpa memikirkan mahalnya biaya pendidikan. karena itu, yakinlah hanya sistem Islam dan sistem pendidikan Islam yang akan melahirkan generasi emas. Itulah generasi yang beriman, bertakwa, cerdas, dan berprestasi.