Pesan Al-Quran Tentang Waktu: Merenungi Pergantian Tahun

Menyambut pergantian tahun masehi 2024, penting bagi kita untuk merenung dan meningkatkan komitmen ketakwaan, memandang pesan yang terkandung dalam ayat Al-Qur’an. Seiring dengan bertambahnya usia, marilah kita memperkokoh keimanan dan ketakwaan, sejalan dengan pesan Allah dalam QS. Yunus ayat 5:

هُوَ الَّذِي جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاءً وَالْقَمَرَ نُورًا وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوا عَدَدَ السِّنِينَ وَالْحِسَابَ

“Dialah Allah yang telah menjadikan matahari sebagai [sistem] penerangan dan [menjadikan] rembulan sebagai [cahaya], serta menetapkan sistem tersebut pada tempat-tempat orbitnya supaya kalian mengetahui bilangan tahun dan perhitungan [waktu].” (QS Yunus: 5) Ayat ini mengajak kita merenungi karya Allah yang menciptakan matahari sebagai sumber penerangan utama dan rembulan sebagai cahaya yang menemani malam. Melalui sistem ini, Allah menjelaskan tentang perhitungan waktu yang terkait erat dengan pergantian tahun. Ayat ini menjadi cermin ilmu pengetahuan dan sains, di mana kita dapat merasakan dan memahami keindahan dan ketertiban alam yang tercipta secara sistematis.

Sebelum menyinggung pergantian tahun, Allah memperkenalkan penciptaan langit, bumi, dan alam semesta yang ditundukkan kepada manusia. Bumi yang berputar pada porosnya menciptakan sistem waktu harian dengan pergantian siang dan malam sebagai penanda. Ayat ini mengajarkan tentang keagungan penciptaan dan ketentuan yang telah Allah atur.

QS Yunus ayat 5 kemudian menyoroti matahari sebagai sumber cahaya utama yang memberikan kehidupan dan mengatur sistem waktu tahunan. Pergantian tahun terjadi karena matahari yang mengelilingi bumi, menciptakan siklus tahunan yang teratur dan terencana. Rembulan yang berputar mengelilingi bumi menciptakan sistem bulanan dengan penanda terlihatnya anak bulan (hilal).

Semua unsur ini diciptakan Allah dengan penuh ketertiban dan keindahan. Setiap entitas alam memiliki tempat orbit yang telah ditetapkan dengan tujuan agar kita, manusia, dapat mengetahui bilangan tahun dan perhitungan waktu. Saat ini, kita telah melalui 360 hari dalam tahun 2023, dan beberapa hari lagi, kita akan menyaksikan pergantian tahun menjadi 2024.

Melalui pemahaman ayat ini, mari kita tingkatkan ketakwaan dan keimanan kita sebagai bentuk penghormatan kepada Sang Pencipta yang mengatur segala sesuatu dengan penuh hikmah, semoga kita senantiasa merenung pada pesan Al-Qur’an dan meningkatkan keimanan kita di sepanjang perjalanan waktu yang telah Allah tetapkan. Fattaqullah fii kulli ‘aamikum.

Allah mengungkapkan bahwa segala sesuatu yang Dia ciptakan pasti terjadi dengan tujuan yang benar. Setiap makhluk dan fenomena dalam alam semesta ini memiliki tujuan dan hikmah yang mendalam, dan semuanya diciptakan dengan kebenaran dan kebijaksanaan-Nya.

مَا خَلَقَ اللَّهُ ذَٰلِكَ إِلَّا بِالْحَقِّ ۚ يُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ

Artinya: “Allah tidak menciptakan demikian itu, kecuali dengan benar. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada kaum yang mengetahui.” (QS Yunus: 5)

Allah menyatakan bahwa Dia memberikan penjelasan dan tanda-tanda kebesaran-Nya kepada mereka yang memiliki pengetahuan dan pemahaman. Artinya, keberadaan dan keteraturan alam semesta, kejadian-kejadian yang mengagumkan, dan tanda-tanda lainnya adalah bukti dari kebenaran penciptaan Allah. Hanya orang-orang yang memiliki pengetahuan dan akal yang dapat memahami tanda-tanda tersebut.

Ayat ini mengandung pesan khusus untuk kita, supaya kita menjadi qaumun ya’lamun, “kaum yang mengetahui” atau “kaum yang memahami.” Ini merujuk kepada orang-orang yang memiliki pengetahuan, kebijaksanaan, dan pemahaman yang cukup untuk merenungi dan mengambil pelajaran dari tanda-tanda kebesaran Allah. Mereka diajak untuk merenungkan penciptaan-Nya dengan penuh penghayatan dan kekaguman.

Satu tahun telah berlalu. Sangatlah rugi jika kita tidak bisa menjadi pribadi yang melek, tahu, atau paham, padahal adanya sistem waktu yang bermacam-macam dan bertingkat-tingkat itu telah menyajikan sekaligus mengajak kita menyaksikan ayat-ayat (tanda kekuasaan) Allah secara sangat rinci.

Namun, pertanyaannya adalah, sudahkah kita merasakan ayat-ayat tersebut? Sudahkah kita mengambil manfaat dan faedah besar dari ayat-ayat tersebut? Lalu, sudahkah kita meyakini dan mengimani ayat-ayat tersebut sebagai tanda-tanda kekuasaan Allah? Atau, jangan-jangan kita selama ini hanya melihat-lihatnya saja, tanpa merenungkan mengambil manfaat, meyakini, apalagi mensyukurinya?! Di sinilah, manusia itu benar-benar dalam kerugian, yaitu ketika berakhirnya suatu sistem masa, dia masih belum juga bisa mengoperasikan keimanan dan amal salehnya, serta belum mampu saling berwasiat dengan kebenaran dan kesabaran

Oleh karena itu, kita harus melek ayat yang telah dirinci oleh Allah sepanjang tahun kita. Kita harus mulai introspeksi diri. Kita wajib mempelajari fikih pergantian tahun supaya kita tidak menjadi orang-orang yang merugi karena ketidaktahuan dan ketidak-mau-tahuan kita.

Selanjutnya, mari kita renungkan Qs. Al-Isra’: 12:

Artinya: “Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda (kebesaran Kami). Kami hapuskan tanda malam dan Kami jadikan tanda siang itu terang benderang… ” Hari ini masih siang, dan beberapa saat lagi kita akan memasuki malam. Di situlah nanti kita bisa mulai melakukan praktikum pelajaran fikih pergantian tahun yang paling dasar, yaitu melalui dua ayat, tanda kekuasaan Allah yang bekerja secara sistematis silih berganti.

Dalam fikih pergantian tahun, berdasarkan pesan ayat ini kita diperintah untuk menggapai suatu capaian, sebagaimana tertera dalam penghujung ayat tersebut,

… لِّتَبْتَغُوا فَضْلًا مِّن رَّبِّكُمْ وَلِتَعْلَمُوا عَدَدَ السِّنِينَ وَالْحِسَابَ ۚ وَكُلَّ شَيْءٍ فَصَّلْنَاهُ تَفْصِيلًا

Artinya: “agar kamu (dapat) mencari karunia dari Tuhanmu dan mengetahui bilangan tahun serta perhitungan (waktu). Segala sesuatu telah Kami terangkan secara terperinci.” (QS Isra’: 12)

Inilah pesan utama untuk kita semua. Ayat ini telah menyadarkan kepada kita akan banyaknya tanda-tanda kekuasaan, kebijaksanaan, dan kasih sayang yang Allah berikan kepada kita secara terperinci. Tinggal satu kewajiban kita adalah mensyukurinya.

Mari kita evaluasi, sudah berapa banyak karunia (fadhl) yang telah Allah berikan kepada kita selama satu tahun ini. Mari kita data satu per satu, mulai dari karunia yang kita anggap sangat kecil dan biasa, padahal tidak ada karunia Allah yang kecil. Lalu, kita juga harus data karunia apa saja yang kita anggap besar sepanjang tahun ini. Jangan lupa pula mendata, bila perlu kita catat dalam daftar, karunia apa saja yang Allah berikan kepada kita di balik musibah, ujian, cobaan kehidupan kita selama satu tahun ini?

Jangan lupa pula mendata berapa banyak pertolongan Allah yang dapat kita sadari sepanjang tahun ini, yang seringkali tidak bisa kita rasakan karena ketidaksabaran kita. Tentu, kalau kita hitung semuanya, itu tidaklah mungkin. Tetapi, tidak ada larangan dan bukan pula kesalahan kalau kita menghitungnya dengan tujuan supaya kita sadar dan bisa bersyukur atas sekian banyak karunia (fadhl) yang baru kita sadari dan kita rasakan hari ini, setelah setahun berjalan. Itu artinya, tanpa kita cari pun, Allah sudah memberikan karunia-Nya. Lalu, bagaimana jika kita memang benar-benar mencari karunia-Nya?

Allah telah memberikan kita petunjuk yang jelas dan lugas, bahwa tujuan adanya pergantian siang dan malam, pergantian bulan dan tahun, adalah supaya kita bisa mencari karunia dari Allah. Lalu, bagaimana kita harus mencarinya? Bukankah kita selama ini memang selalu mencari karunia Allah? Belum tentu.

Kita selama ini bekerja, belum tentu mencari karunia Allah. Boleh jadi, yang kita cari adalah sebatas uang, sebatas harta, sebatas dunia. Setelah kita dapatkan itu semua, ternyata kita tidak merasa bahwa itu pemberian Allah. Kita hanya merasa bahwa itu adalah uang kita, harta kita, dunia yang sudah kita upayakan dengan payah. Para ulama ahli Bahasa Arab menegaskan bahwa kata fadl memiliki makna dasar ziyadah, tambahan atau nilai plus. Ia adalah lawan dari kata naqsh yang artinya kurang.

Sedangkan dunia ini selalu memiliki sifat kurang. Jadi, kalau yang kita peroleh baru sebatas dunia saja, itu artinya kita belum mendapatkan fadhl dari Allah. Belum mendapatkan bonus, kelebihan, tambahan dari Allah. Oleh karena itu, para ahli tafsir mengartikan fadhl adalah pemberian dari Allah yang berupa hidayah dan agama yang benar. Sayyidina Ibnu Abbas mengartikannya dengan al-islam. Imam Ibnu Athiyyah menafsirkannya dengan hidayatullah ila dinihi. Jadi, itulah yang harus kita cari. Sudahkah dengan sekian banyak ayat-ayat duniawi, tanda-tanda kasih sayang Allah yang telah kita terima ini membuat kita bertambah keimanan dan ketakwaan kita?

Dengan demikian, di momen pergantian tahun ini, ada dua hal yang perlu kita pastikan. Pertama, kita harus menutup tahun ini dengan penutup yang terbaik. Rasulullah menegaskan kepada kita,

إٍنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِيْمِ

Artinya: “Sungguh, [hasil nilai] amal-amal perbuatan itu [ditentukan] oleh akhirnya.” Supaya hasil nilai tahunan kita ini berubah baik, maka kita harus mengakhirinya dengan hal terbaik. Itulah husnul khatimah dalam konsep mikro. Kita tutup tahun 2023 ini dengan taubat kepada Allah. Kita perbanyak istighfar, kita koreksi seluruh kesalahan, kekurangan, dan kelalaian kita sepanjang tahun ini.

Selanjutnya, kita sambut tahun yang baru ini nanti dengan penuh rasa syukur. Kita perbanyak mengucap hamdalah supaya berkah. Segala sesuatu yang tidak dimulai dengan hamdalah, memuji Allah, maka keberkahan atau kebaikannya akan terputus.

Termasuk bagian dari perwujudan mencari karunia (fadl) dari Allah, dalam konteks ini, adalah dengan cara membuat perencanaan yang matang, bagus, dan sistematis. Kita buat kalender amal saleh dan target-target peningkatan keimanan dan ketakwaan. Sebagaimana ketika kita memulai tahun belajar, diperlukan kalender akademik.

Ketika kita memulai tahun usaha, diperlukan tahun pembukuan. Begitu pula kehidupan kita ini, diperlukan kalender keimanan, kalender kesalihan, dan kalender ketakwaan, sebelum akhirnya kita nanti menutup buku kehidupan ini dan tidak lagi menyaksikan pergantian tahun.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *