Selain dengan cara melihat segala bentuk ciptaanNya yang beraneka ragam, akal akan menyimpulkan bahwa keberadaan benda-benda tersebut tentu didasarkan pada seorang pencipta, dan tidak serta merta ada dengan sendirinya tanpa alasan.
Selain itu, panca indra juga akan mengakui adanya Allah SWT setelah melihat fenomena orang yang berdoa, menyeru kepada Allah SWT, dan meminta sesuatu padaNya untuk dikabulkan. Adapun tentang pengakuan fitrah telah disebutkan oleh Allah SWT di dalam Alquran.
“Dan ingatlah ketika Rabbmu menurunkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): ‘Bukankah Aku ini Rabbmu?’ Mereka menjawab: ‘(Betul Engkau Rabb kami) kami mempersaksikannya (Kami lakukan yang demikian itu) agar kalian pada hari kiamat tidak mengatakan: ‘Sesungguhnya kami bani Adam adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan-Mu) atau agar kamu tidak mengatakan: ‘Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu sedangkan kami ini adalah anak-anak keturunan yang datang setelah mereka’.” (Al-A’raf: 172-173)
2. Kenali Rububiyah Allah SWT
Cara mengenal Allah SWT yang kedua adalah dengan mengakui keesaan rububiyah Allah SWT. Umat muslim wajib meyakini keesaan Rububiyah Allah SWT seperti bahwa hanya Allah SWT yang menciptakan, memiliki, menguasai, dan mengatur seluruh makhluk ciptaanNya yang ada di dunia.
Selain itu,harus diakui pula bahwa hanya Allah SWT yang menghidupkan, mematikan, memberikan rezeki, mendatangkan kebaikan, hingga mendatangkan bencana bagi segala sesuatu di muka bumi. Allah SWT jugalah yang mengawasi, mengatur, menjadi penguasa, pemilik hukum, dan lain sebagainya yang menunjukkan kekuasaan tunggal Allah SWT. Kaum muslim harus yakin bahwa tidak ada seorang pun yang dapat menandingi Allah SWT dalam hal ini. Allah berfirman:
“Segala puji bagi Allah, Rabb (Pemilik, Penguasa) semesta alam.” (al-Fâtihah/1:2).
“’Katakanlah!’ Dialah Allah yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan-Nya.” (Al-Ikhlash: 1-4)
Dan ketika seseorang lalu meyakini bahwa ada hal lain selain Allah SWT yang memiliki kemampuan untuk melakukan hal-hal di atas, maka orang tersebut telah dzalim terhadap Allah dan menyekutukanNya dengan selainNya.
3. Kenali Uluhiyah Allah SWT
Cara mengenal Allah SWT yang ketiga adalah dengan meyakini bahwa hanya kepada Allah SWT semata kita harus beribadah. Sebagai umat muslim, kita tidak boleh memberikan ibadah kita kepada siapapun selain Allah SWT bahkan kepada makhluk yang dekat denganNya seperti malaikat atau Rasul.
Terlebih, kepada makhluk yang derajatnya berada di bawah mereka seperti manusia, jin, binatang, pohon, batu, senjata, planet, binatang, ataupun lainnya. Menunjukkan satu jenis ibadah kepada hal lain selain Allah termasuk perbuatan dzalim besar dan sering diistilahkan dengan kata syirik. Allah berfirman dalam Alquran:
“Hanya kepada-Mu ya Allah kami menyembah dan hanya kepada-Mu ya Allah kami meminta.” (Al-Fatihah: Tujuan dari mengenali keesaan Uluhiyah Allah SWT adalah agar umat manusia mencintai Allah, tunduk kepadaNya, takut dan berharap kepadaNya, serta mengesankan ibadah hanya kepadaNya. Ibadah kepada Allah yaitu merendahkan diri dan taat kepada Allah SWT dengan penuh kecintaan, pengagungan, mengharapkan rahmat, dan takut terhadap siksa.
Ruang lingkup ibadah adalah segala yang dicintai dan diridhai oleh Allah SWT, baik berupa perkataan dan perbuataan, yang lahir maupun yang batin. Ibadah akan diterima berdasarkan dua syarat, yaitu ikhlas dan mutaba’ah. Ikhlas mencari ridha Allah semata dan mutaba’ah mengikuti Sunnah (ajaran) Nabi Muhammad SAW.
4. Kenali Semua Nama dan Sifat Allah SWT
Cara mengenal Allah SWT yang ke empat adalah dengan mengimani dan menetapkan seluruh nama dan sifat-sifat Allah SWT seperti yang telah tersebut di dalam Kitab Alquran dan Sunnah yang shahih. Allah berfirman:
“Hanya milik Allah asma-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asma-ul husna itu dan tinggalakanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” (al-A’raf/7: 180)
“Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”(asy-Syûrâ/42:11).
Seperti halnya juga, yang paling mengetahui tentang Allah SWT di antara semua makhluk adalah rasul-rasulNya. Sehingga, segala penjelasan para Rasul tentang Allah SWT adalah haq. Sedangkan perkataan orang-orang kafir dan musyrik tentang Allah hanyalah dugaan semata. Allah berfirman:
“Maha suci Rabbmu yang mempunyai keperkasaan dari apa yang mereka katakan, dan kesejahteraan dilimpahkan atas Para rasul, dan segala puji bagi Allah Rabb seru sekalian alam.” (ash-Shaffat/37: 180-182) (mdk/edl)