Penghilang Kegalauan

Problem dalam kehidupan merupakan sesuatu yang niscaya terjadi bagi setiap insan. Masalah hidup sering membuat seseorang gundah gulana. Mulai dari persoalan ekonomi, seperti: kemiskinan, kelaparan, kekurangan harta, hingga persoalan sosial, seperti: konflik antar sesama, retaknya hubungan kekerabatan/keluarga, serta terkucilkan dari lingkungan pergaulan.

Saudaraku, apabila kita coba merenungi lebih dalam tentang hakikat kehidupan yang telah Allah ciptakan secara paripurna ini, maka kita dapati bahwa memang segala persoalan yang dihadapi oleh setiap insan merupakan skenario Allah Ta’ala untuk menguji siapa di antara hamba-hamba-Nya yang terbaik amalannya. Allah Ta’ala berfirman,

ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلْمَوْتَ وَٱلْحَيَوٰةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْغَفُورُ

Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Mahaperkasa lagi Maha Pengampun.” (QS. Al-Mulk: 2)

Begitu pula halnya dengan segala bentuk ujian kehidupan. Bagaimana mungkin kita memperoleh predikat sebagai hamba Allah yang bersabar jika tidak ada bukti dari kesabaran tersebut melalui cobaan yang diberikan oleh Allah Ta’ala sebagaimana firman-Nya,

وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَىْءٍ مِّنَ ٱلْخَوْفِ وَٱلْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ ٱلْأَمْوَٰلِ وَٱلْأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٰتِ ۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّٰبِرِينَ

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 155)

Namun, apabila kita benar-benar bersandar pada prinsip-prinsip Islam dalam menjalani kehidupan ini, maka insyaAllah terasa ringanlah segala persoalan itu, seberat apapun bebannya. Perhatikan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berikut.

إِنَّ الدُّنْيَا مَلْعُونَةٌ مَلْعُونٌ مَا فِيهَا إِلَّا ذِكْرُ اللَّهِ وَمَا وَالَاهُ وَعَالِمٌ أَوْ مُتَعَلِّمٌ

Dunia itu terlaknat dan segala yang terkandung di dalamnya pun terlaknat, kecuali orang yang berzikir kepada Allah, yang melakukan ketaatan kepada-Nya, seorang ‘alim atau penuntut ilmu syar’i.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah. Dalam Shahihul Jami’, Syekh Al-Albani mengatakan, “Hadis ini hasan.”)

Dalam hadis lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

لَوْ كَانَت الدُّنْيَا تَعْدِلُ عِنْدَ الله جَنَاحَ بَعُوضَةٍ ، مَا سَقَى كَافِراً مِنْهَا شَرْبَةَ مَاءٍ

Seandainya dunia ini di sisi Allah senilai harganya dengan sayap nyamuk, niscaya Allah tidak akan memberi minum barang seteguk sekalipun kepada orang kafir.” (HR. Tirmidzi, dan dia berkata, “Hadis hasan sahih.” dari Sa’id As-Sa’idi radhiyallahu ‘anhu.)

Ketahuilah, bahwa tidak seorang pun manusia yang terlepas dari ujian dan cobaan. Renungkanlah kisah-kisah yang dapat diambil dari sirah nabawiyah. Bagaimana kesedihan yang menimpa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika istrinya Khadijah radhiyallahu ‘anha wafat yang kemudian disusul pamannya Abu Thalib. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga mendapatkan ujian berupa kehilangan semua putra-putranya di usia mereka yang masih belia, dan berbagai ujian yang menimpa beliau. Namun, beliau mampu mencontohkan kepada kita bagaimana menghadapi semua persoalan kehidupan tersebut dengan penuh kebijaksanaan.

Oleh karenanya, mari kita mengambil hikmah dari teladan kita yang mulia tersebut. Melalui artikel ini, kiranya kita dapat sedikit membekali diri untuk lebih bijak dalam menyikapi berbagai persoalan kehidupan berupa ujian/musibah yang menimpa. Berikut beberapa poin yang bisa kita tanamkan dalam jiwa kita setiap kali menghadapi permasalahan.

Kembali kepada Allah

Lihatlah kembali sejarah Islam sebagai ibrah. Kaum muslimin mengalami guncangan batin yang cukup berat tatkala Allah Ta’ala mentakdirkan mereka untuk kalah di perang Uhud. Sebanyak 700 pasukan muslimin berhadapan dengan lebih dari 3000 pasukan kuffar. Padahal, hampir saja kaum muslimin memenangkan peperangan.

Namun, ketika 43 dari 50 pasukan ahli panah yang berada di atas bukit tergiur untuk mengambil ghanimah musuh yang hampir kalah (padahal Rasulullah telah memerintahkan mereka untuk tetap berada di atas bukit), maka Allah Ta’ala memberikan teguran kepada mereka berupa kembalinya kekuatan musuh hingga keadaan berbalik sebagai pelajaran berharga bagi kaum muslimin. Terdapat setidaknya 2 (dua) sebab kekalahan kaum muslimin dari perang Uhud tersebut, yaitu: tidak taat kepada Allah dan Rasul-Nya dan berlebihan pada cinta dunia.

Maka, sadarilah bahwa ketika ujian sedang menimpa diri kita. Lihat dan muhasabahlah diri, lalu tanyakan, “Adakah perintah Allah dan Rasul-Nya yang telah aku langgar?” Atau, “Apakah diri ini terlalu berlebihan cinta terhadap perkara duniawi?” Saudaraku, tatkala jawaban dari salah satu atau kedua pertanyaan tersebut adalah “Ya”, maka kembalilah kepada Allah Ta’ala. Segera bertobat, beristigfar, dan paksakan diri untuk menjadi hamba Allah Ta’ala yang tunduk dan patuh terhadap perintah-Nya dan menjauh dari segala larangan-Nya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda dalam sebuah hadis qudsi, bahwa Allah Ta’ala berfirman,

وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَىَّ بِشِبْرٍ تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا ، وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَىَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ بَاعًا ، وَإِنْ أَتَانِى يَمْشِى أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً

Dan jika ia (hamba Allah -pent.) mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku mendekat kepadanya sehasta. Jika ia mendekat kepada-Ku sehasta, Aku mendekat kepadanya sedepa. Jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan (biasa), maka Aku mendatanginya dengan berjalan cepat.” (HR. Bukhari no. 6970 dan Muslim no. 2675 dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.)

Perbaiki salat

Salat merupakan ibadah mulia setelah tauhid. Perhatikan rukun Islam, perkara kedua setelah syahadat adalah salat. Karenanya, meninggalkan salat merupakan dosa besar setelah dosa syirik. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

بَيْنَ العَبْدِ وَبَيْنَ الكُفْرِ وَالإِيْمَانِ الصَّلَاةُ فَإِذَا تَرَكَهَا فَقَدْ أَشْرَكَ

Pemisah antara seorang hamba dengan kekufuran dan keimanan adalah salat. Apabila dia meninggalkannya, maka dia melakukan kesyirikan.” (HR. Ath-Thabari dengan sanad sahih, dari Tsauban radhiyallahu ‘anhu. Syekh Al Albani mengatakan, “Hadis ini sahih.” Lihat Shahih At-Targib wa At-Tarhib no. 566).

Sungguh kedudukan salat begitu agung dalam Islam. Lantas, bagaimana kita sebaiknya memperlakukan ibadah salat dalam kehidupan sehari-hari?

Ketahuilah, bahwa salat merupakan bagian dari zikir (mengingat Allah). Dan hanya dengan mengingat Allah, hati menjadi tenang. Allah Ta’ala berfirman,

الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

(Yaitu), orang-orang yang beriman dan hati mereka tenang dengan mengingat Allâh. Ketahuilah, dengan mengingat Allâh, hati menjadi tenang.” (QS. Ar-Ra’d: 28)

Ingatlah kegundahan yang dialami karena abainya kita terhadap salat. Karena, orang yang memprioritaskan salat dalam hidupnya, seberat apapun ujian dan cobaan yang mungkin dapat membuat hatinya galau dan cemas, maka sesegera mungkin ia mampu tenang dan bijak dalam menyikapinya.

Baca juga: Nikmat Lapangnya Hati

Membaca Al-Qur’an

Penghilang kegalauan selanjutnya adalah Al-Qur’an. Seseorang yang mengalihkan kegundahan hati dari cobaan yang sedang menimpanya kepada Al-Qur’an dengan membaca dan mentadaburi maknanya akan memperoleh ketenangan dan kebijaksanaan. Karena Al-Qur’an merupakan penawar dari segala macam penyakit, tidak terkecuali penyakit yang menyerang batin berupa kegalauan dan kegundahan. Allah Ta’ala berfirman,

وَنُنَزِّلُ مِنَ ٱلْقُرْءَانِ مَا هُوَ شِفَآءٌ وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ ۙ وَلَا يَزِيدُ ٱلظَّٰلِمِينَ إِلَّا خَسَارًا

Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. Dan Al-Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.” (QS. Al-Isra: 82)

Namun, tidak jarang pula, kita merasa cukup dengan sedikit membaca dan mentadaburi Al-Qur’an. Padahal, seseorang yang senantiasa mampu menikmati bacaan Al-Qur’an adalah orang yang hatinya bersih. Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu pernah berkata,

لَوْ طَهَرَتْ قُلُوْبُنَا مَا شَبِعَتْ مِنْ كَلَامِ اللّٰهِ

Seandainya hati kita bersih, maka tidak akan puas membaca Kalamullah (Al-Qur’an).” (Ighatsatul Lahfan, 1: 64)

Maka dari itu, bersihkanlah hati. Mungkin masih banyak dosa yang biasa kita remehkan. Bersihkan hati dengan tobat dan tidak mengulanginya, sekecil apa pun dosa tersebut. Mulailah membaca Al-Qur’an sekarang juga. Sebab Al-Qur’an akan mendatangkan kebahagiaan dan menghilangkan kesedihan. InsyaAllah.

Doa

Orang yang beriman akan selalu menggantungkan segala urusannya kepada Allah Ta’ala. Hal yang pertama yang dilakukan apabila ditimpa musibah adalah berdoa dan mengadu kepada Allah. Karena keyakinan bahwa Allah yang mengizinkan segala hal untuk terjadi dan Allahlah yang mentakdirkan semuanya, akan membawa seseorang kepada kebijaksanaan dalam menghadapi segala ujian kehidupan.

Karenanya, adukanlah segala kegalauan dan kegundahan itu kepada Allah Ta’ala. Sebagaimana doa Nabi Zakaria ‘alaihis salam yang dengan haqqul yaqin pada doanya kepada Allah dari kegundahan yang ia rasakan bertahun-tahun sebab ujian yang diberikan Allah karena belum mendapatkan keturunan.

Allah Ta’ala berfirman tentang doa Nabi Zakaria yang mengadu kepada Allah tentang kegundahannya yang kemudian Allah jawab dengan karunia seorang anak lelaki saleh, yaitu Nabi Yahya ‘alaihis salam.

قَالَ رَبِّ إِنِّى وَهَنَ ٱلْعَظْمُ مِنِّى وَٱشْتَعَلَ ٱلرَّأْسُ شَيْبًا وَلَمْ أَكُنۢ بِدُعَآئِكَ رَبِّ شَقِيًّا

“Ia berkata, “Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, ya Tuhanku.”

Oleh sebab itu, yakinlah bahwa Allah Ta’ala mengabulkan segala permohonan hamba-hamba-Nya. Termasuk di antaranya adalah permohonan agar diberi kekuatan dalam menghadapi berbagai ujian kehidupan di dunia dan mendapatkan pahala yang berlipat ganda dari Allah atas kesabarannya.

Allah Ta’ala berfirman,

وَاِذَا سَاَلَكَ عِبَادِيْ عَنِّيْ فَاِنِّيْ قَرِيْبٌ ۗ اُجِيْبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ اِذَا دَعَانِۙ فَلْيَسْتَجِيْبُوْا لِيْ وَلْيُؤْمِنُوْا بِيْ لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُوْنَ

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku, agar mereka memperoleh kebenaran.

Istigfar

Ketahuilah bahwa musibah dan cobaan yang ditimpakan kepada manusia merupakan akibat dari dosa yang ia lakukan. Adapun upaya agar musibah tersebut diangkat oleh Allah Ta’ala adalah dengan melakukan tobat. Allah Ta’ala berfirman,

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ

Dan apa saja musibah yang menimpa kamu, maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy-Syura: 30)

Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu dalam Kitab Al-Jawabul Kafi (hal. 87) mengatakan,

مَا نُزِّلَ بَلاَءٌ إِلاَّ بِذَنْبٍ وَلاَ رُفِعَ بَلاَءٌ إِلاَّ بِتَوْبَةٍ

Tidaklah musibah tersebut turun, melainkan karena dosa. Oleh karena itu, tidaklah bisa musibah tersebut hilang melainkan dengan tobat.

Maka, bertobatlah kepada Allah Ta’ala agar musibah yang menimpa segera diangkat. Di antara kalimat tobat yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah “istigfar”, yaitu memohon ampunan dari Allah Ta’ala. Mudah-mudahan, dengan banyak beristigfar, Allah Ta’ala juga akan memberikan karunia yang berlimpah sebagai ganti dari musibah sebelumnya. Sebagaimana firman Allah Ta’ala,

فَقُلْتُ ٱسْتَغْفِرُوا۟ رَبَّكُمْ إِنَّهُۥ كَانَ غَفَّارًا * يُرْسِلِ ٱلسَّمَآءَ عَلَيْكُم مِّدْرَارًا *  وَيُمْدِدْكُم بِأَمْوَٰلٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَل لَّكُمْ جَنَّٰتٍ وَيَجْعَل لَّكُمْ أَنْهَٰرًا

Maka, aku katakan kepada mereka, ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu. Sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan memperbanyak harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (QS. Nuh: 10 – 12)

 

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *