Berpikir Kritis Menurut Islam dan 5 Hikmah Berpikir Kritis

“Kok agama Islam melarang umatnya makan daging babi?” Jika Anda seorang muslim, pernahkah terbersit pertanyaan tersebut?Saya sih iya. Pertama kali masuk Islam saya masih kurang paham dengan detail larangan makan daging babi. Fokus saya hanya bisa/disiplin salat 5 waktu. Hingga seorang teman kantor menegur:

“Itu beli mi goreng dari rumah makan di pojok jalan, ya?’ tanyanya sambil menunjuk makan siang saya. “Ada daging babinya lho, sayang kan salatnya. Pahalanya hilang gara-gara makan daging babi”.Saya tertegun. Emang sih saya pernah mendengar bahwa rumah makan tempat saya membeli mi goreng, tidak menjual makanan 100 % halal. Jadi jika pesan masakan harus bilang: “Jangan pakai B2 ya”.Tapi bukan itu yang menjadi perhatian saya, melainkan: “Kok Allah SWT melarang sih? Kan ini bukan makanan beracun. Terbukti yang makan daging babi sehat-sehat aja tuh”.

Sepulang dari kantor saya membuka Alquran terjemahan, dan benar, ada ayatnya:

Hmmm …. Berarti saya harus menata ulang pandangan saya tentang makanan/minuman agar bisa memenuhi perintahNya. Sampai akhirnya menemukan satu jawaban yang tepat:

Allah SWT tuh begitu baik. Sebagai umatNya harus bersyukur karena mendapat makanan yang berlimpah. Coba aja makan makanan yang berbeda setiap waktunya. Saking banyaknya, mungkin butuh waktu bertahun-tahun untuk menyicipi satu persatu.

Jadi sebagai umatNya, masa sih saya nggak bisa menahan diri? Cuma satu dari antara begitu banyak makanan/minuman yang melimpah ruah.

Ditambah beberapa jenis makanan, dan yang tidak memenuhi syarat sewaktu disembelih. Pastinya Allah SWT menginstruksikan demikian agar umat Islam menjadi umat yang beradab. Nggak asal hajar bleh, tanpa mau tau asal usulnya. Jika mau berperilaku demikian, apa bedanya dengan binatang? Nggak ada larangan makan bagi mereka.

Tentu saja, saat mengimani suatu ayat, setiap muslim mengalami proses yang berbeda. Tidak ada yang benar atau salah. Namun bisa dipastikan Allah SWT berharap umatNya menggunakan akalnya untuk berpikir kritis.

Ayat di bawah ini membuktikannya:

Mengapa Allah SWT menciptakan malam? Mengapa gelap di malam hari? Mengapa dianjurkan tidur di malam hari dan bukan di siang hari?Mengapa rambut manusia setiap hari tumbuh sekian milimeter? Mengapa alis nggak tumbuh? Dan seterusnya. Tanda-tanda (ayat) yang sifatnya tekstual maupun kontekstual diturunkan agar manusia berpikir kritis dan memperoleh manfaatnya.

5 Hikmah Berpikir Kritis

Sukses Berkarir

Sesuai fitrahnya, setiap hari manusia harus berkarya. Pergantian peradaban menunjukkan hanya yang berpikir kritis yang mampu lolos seleksi alam. Meninggalkan mereka yang mager parah 😀😀

Dalam implementasi berpikir kritis, mereka yang bekerja sebagai pegawai kantoran, maupun wirausaha, banyak memunculkan ide-ide kreatif, inovatif serta out of the box.

Pimpinan pastinya lebih menyukai pegawai yang selalu siap dengan terobosan dan ide kreatif bagi pemecahan masalah. Bandingkan andai dalam rapat, pimpinan melempar tanya dan nggak ada yang bisa menjawab/memberi usul. Nyesek banget pastinya.

Seorang pegawai yang terbiasa berpikir kritis juga mampu berpikir jernih dan rasional. Saat mendapat tugas yang sulit diselesaikan, dia akan bertindak reflektif dan dengan cepat mencari jalan keluar dengan mudah.

Sedangkan di dunia usaha, pelaku yang berpikir kritis akan melihat peluang di pasar, menganalisa dengan seksama kemudian mengambil keputusan. Hasil operasional akan dievaluasi dengan kritis. Saat mengalami problem, dia mempunyai banyak alternatif jawaban. Dengan mudah dia dapat keluar dari kesulitan dan maju dengan inovasi-inovasi baru.

Pelaku usaha yang berpikir kritis juga akan membuat rencana jangka panjang yang bisa dia capai. Sebab telah dipikirkan masak-masak berdasarkan ide-ide kreatif yang dimilki. Saat menemui masalah, dia tidak akan terpaku pada satu jalan keluar, dia mempunyai banyak alternatif jalan keluar.

Mudah Bersosialisasi

Berjejaring merupakan salah satu cara bersosialisasi tertua yang dikenal masyarakat. Karena itu muncul komunitas reuni, grup arisan, komunitas hobi, dan masih banyak lagi.

Saat berjejaring, seorang yang berpikir kritis akan luwes, terbuka dan lebih mudah menerima perbedaan. Sehingga dia akan lebih dihormati, di setiap acara kehadirannya akan ditunggu dan diterima dengan hangat.

Dalam lingkungan pekerjaan. Andai dia seorang pimpinan, karyawan akan lebih respect tidak semata hubungan atasan dan bawahan, tapi karena kemampuannya menerima perbedaan dan menghargai orang lain.

Juga sebagai pelaku usaha, dia akan lebih cemerlang dibanding pelaku usaha lainnya. Ide-ide briliannya, sikapnya dan kemampuannya membawa diri akan membuat dia disukai di semua kalangan.

Tidak Gampang Ditipu

Penipuan yang dilakukan biro umroh First Travel merupakan satu dari banyak kasus penipuan yang terjadi di tanah air. Iming-iming harga/biaya murah, untung gede tanpa harus bekerja keras, merupakan modus penipu yang nampaknya semakin banyak aja akalnya.

Mulai dari yang receh, “mama minta pulsa”, hingga tawaran pinjaman jutaan rupiah dengan bunga yang lebih rendah dibanding bunga deposito bank. Lha jika bener, kan pinjem aja uang sebanyak mungkin dari mereka, kemudian uangnya didepositokan. Selisihnya bisa lebih besar dari UMR tuh.

Tawaran yang gak masuk akal juga pernah saya terima. Seorang teman mengajak “bisnis modal”, dengan menyetor Rp 100.000 pada rekening tertentu. Nanti cukup ongkang-ongkang kaki, uang akan masuk ke rekening. Jumlahnya variatif. Mungkin Rp 10.000 atau Rp 25.000.

Ajaib banget? Uang kok bisa beranak? Dengan tegas saya menggeleng. Teman-teman lain banyak yang tertarik, mungkin dipikirnya, toh “hanya” Rp 100.000.

Buat saya, jika punya uang nganggur sebanyak Rp 100.000 mending untuk sedekah, daripada digunakan untuk sesuatu yang nggak jelas. Bukankah Islam melarang transaksi maysir atau transaksi yang meragukan?

Mandiri

Mereka yang terbiasa berpikir kritis akan lebih mandiri, baik dalam aktivitas harian maupun saat menghadapi problem kerja. Setiap ucapan dan tindakannya berdasarkan pemikiran kritis dan ide-ide yang muncul, sehingga dia tidak tergantung pada orang lain.

Saat dalam kendaraan umum, misalnya, pikiran kritisnya bekerja saat melihat bangunan, kabel, taman dan seterusnya. Setiap momen dan materi masuk ke dalam analisa pikiran kritisnya. Saat dia melalui lokasi yang sama untuk tujuan yang lain dia tahu persis posisinya.

Demikian juga saat di kantor menghadapi situasi rumit, dia bisa segera menganalisa masalah dan mendapatkan ide-ide, keputusanpun bisa segera diambil, tanpa menunggu orang lain.

 

Mudah memahami sudut pandang orang lain

Banyak orang kerap ngotot saat pendapatnya berbeda dengan orang lain. Tak heran terjadi gontok-gontokan menjelang/saat pilkada/pemilu/pilpres.

Sayapun kena getahnya. Beberapa teman memblock saya di media sosial. Gara-garanya saya tidak suka Ahok yang telah mendiskreditkan kaum perempuan dengan meneriaki “Maling”. Berita selengkapnya disini.

Sementara mereka yang memblock saya (mereka teman perempuan yang cukup akrab lho), terlalu mengkultuskan Ahok. Mereka menuduh saya intoleran terhadap Ahok yang kebetulan beretnis Cina.

Tentu saja saya tertawa. Ada darah Cina yang mengalir di urat nadi saya. Juga adik ipar saya beretnis Cina, otomatis keponakan saya juga campuran Cina Jawa bukan? Mata mereka sipit-sipit, sebab adik kandung saya juga bermata sipit dan berkulit putih. 😂😂

Lebih parah lagi jika tuduhan mereka saya membenci Ahok sebab beragama Kristen. Lha saya satu-satunya yang muslim di tengah keluarga besar ayah saya. Saya juga mendapat pendidikan toleransi yang amat nyaman dari almarhum ibunda.

Begitulah, ketidak mampuan bersikap kritis membuat seseorang tidak fleksibel, kaku dan sulit menerima ide-ide dari orang lain. Mereka terlalu terpaku pada pendapatnya sendiri dan tidak mau terbuka terhadap pemikiran, ide, atau pendapat orang lain.

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *